Thursday, November 18, 2010

Manasik Haji

Salah seorang Ulama Hadis Al Hafidh Ibn Hajar al’ Asqalani dalam kitab Fathul Baarii, syarah Bukhori Muslim menjelaskan: “Haji mabrur adalah haji yang maqbul yakni haji yang diterima oleh Alah SWT.”

Pendapat lain yang saling menguatkan dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam syarah Muslim: “Haji mabrur itu ialah haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah SWT, yang tidak ada riyanya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq.”

Selanjutnya oleh Abu Bakar Jabir al Jazaari dalam kitab, Minhajul Muslimin mengungkapkan bahwa: “Haji mabrur itu ialah haji yang bersih dari segala dosa, penuh dengan amal shaleh dan kebajikan-kebajikan.” Berdasarkan rumusan yang diberikan oleh para Ulama di atas tentang pengertian haji mabrur ini, maka dapat kita simpulkan bahawa haji mabrur adalah haji yang dapat disempurnakan segala hukum-hukum berdasarkan perintah Allah dan Rasulullah SAW. Sebuah ibadah haji yang tidak menjalankan tanpa perasaan riya’ , bersih dari dosa senantiasa diiringi dengan peningkatan amal-amal soleh, tidak ingin disanjung dan tidak melakukan perbuatan keji dan merosak.



Petunjuk Rasulullah SAW Dalam Menggapai Haji Mabrur.



Meskipun pada hakikatnya, bahwa hanya Allah lah yang menentukan dan mengetahui apakah diterima dan tidaknya haji yang kita tunaikan. Namun melalui penjelasan yang bersumber dari Rasulullah SAW, setidaknya menjadi penguat bagi kita untuk lebih berharap kepada Alah SWT agar ibadah haji yang kita tunaikan menjadi haji mabrur. Petunjuk Rasulullah Saw sebagaimana dijelaskan dalam hadis-Nya dalam menggapai haji mabrur antara lain:



Pertama, Tunaikanlah ibadah haji dengan benar-benar berangkat dari motivasi dan niat yang ikhlas kerana Allah SWT. Kedudukan niat dalam setiap ibadah dalam Islam menempati posisi yang sangat penting, bahkan niat menjadi penilaian dari setiap arah dan tujuah ibadah yang kita yang tunaikan.

Niat yang benar-benar harus ditujukan dalam rangka mencapai redha Allah SWT seperti mana dalam firman-Nya: “Dan tidaklah mereka disuruh kecuali melainkan untuk menyembah Allah SWTdan mengikhlaskan agama (semata-mata) karena Allah.” (QS. AL Bayyinah: 5)



Penegasan niat di atas dikuatkan lagi oleh Rasulullah SAW, yang dijelaskan dalam sabdanya: “Sesungguh setiap perbuatan tergantung dari niatnya dan masing-masing mendapat pahala dari niatnya itu.” (Muttafaq’ Alaihi). Oleh kerana haji harus benar-benar diniatkan kerana Allah SWT.

Tidak sedikit orang menunaikan ibadah haji lantaran ingin mendapat jolokan “Haji” sehingga dijadikan sebagai alat memperkuat status sosialnya, khususnya untuk mendapatkan pengiktirafan sosial dari masyarakat

Pengalaman kakchik di tanah suci memang ramai yang pulun pergi masjid samada di tanah suci atau madinah semata-mata nak rebut pahala 100,00 atau 10 000 dan bukan kerana Allah.

Alhamdulillah semasa di Mekah kakchik memang sihat (Allah dah bagi sakit teruk masa di Malaysia) tapi Allah duga kena jaga mak mertua demam panas sampai kena masuk 'drip'. Suami pun tak pergi solat di masjidil haram banyak waktu juga sebab tak mau tinggal mak dia. Asyik ulang ke masjid kuching ja. Kawan2 sebilik pun mula nak ngutuk2 perli2 apa la hang ni muda2 ( kebetulan suami baru 36 tahun termuda di paras 2 maktab 80) tak rebut pahala. Kalau la hang orag nak bagi RM100,000 hang tak mau ka... banyak kali sebut suami pun rasa betul gak jadi lepas jaga mak agak2 nak masuk zuhur suami pun segera (macam lari gak la) pi masjidil haram. Dapat solat jemaah ahamdulillah. Malam tu dia mula demam. 2 hari juga la.. dia teringat tok guru dia pernah cerita... ada satu ulama tu tersohor dengan ibadat malamnya, puasanya, kebajikannya dan banyak lagi.. di akhirat Allah nak timbang amalannya dengan manfaat sebiji mata yang Allah beri padanya... Beliau dengan yakin berkata silakan... tengok2 berat lagi matanya.. selama ini amalannya tak ikhlas, buat dengan mengharapkan balasan Allah dan pujian orang. Allah bayar cash pada suami sebab pergi solat dengan niat nak dapat pahala 100,000 bukan kerana ikhlas kepada Allah s.w.t. Kakchik syukur sebab ALlah tegur jadi kami boleh buat pembetulan...dan lebih menjaga niat.

Kedua, segala biaya dan nafkah yang digunakan untuk menunaikan ibadah haji haruslah benar-benar bersumber dari yang halal. Setiap ibadah yang kita tunaikan dengan biaya yang bersumberkan dari yang haram, tidak akan bernilai di sisi Allah SWT dengan kata lain ibadah hajinya akan ditolak (ma’zur).



Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW:” Jika seseorang pergi menunaikan haji dengan biaya dari harta yang halaldan kemudian diucapkannya, “Labbaikallaahumma labbaik ( ya Allah, inilah aku datang memenuhi panggilan-Mu). Maka berkata penyeru dari langit: “Allah menyambut dan menerima kedatanganmu dan semoga kamu berbahagia. Pembekalanmu halal, pengangkutanmu juga halal, maka hajimu mabrur, tidak dicampuri dosa.”

Sebaliknya, jika ia pergi dengan harta yang haram, dan ia mengucapkan: “Labbaik”. Maka penyeru dari langit berseru: “Tidak diterima kunjunganmu dan engkau tidak berbahagia. Pembekalanmu haram, pembelanjaanmu juga haram, maka hajimu ma’zur (mendatangkan dosa) atau tidak diterima.” (HR. Tabrani).

Rezeki yang haram - dari punca2 yang sah haram ( hasil judi, mencuri, harta pusaka yang diambil secara tidak sah, duit penjual yang terlebih pulang baki, harta anak yatim, saham yang jelas haram) - yang subhah ( saham yang tak pasti pelaburannya, dll). Kadang2 sebabkan 10 sen duit haram ada dalam perbiayaan haji kita, ini yang buat kita sengsara sepanjang mengerjakan haji.. panas tak tentu pasal, dok melalut2 kata masih di kampung la, tak nampak kaabah la macam2



Ketiga, Melakukan manasik hajinya dengan meneladani dan mempedomani manasik haji Rasulullah SAW. Ini sudah pasti dan dapat difahami, kerana ibadah haji merupapakan ibadah mahdhah yang cara pelaksanaanya mutlak harus mempedomani Rasulullah SAW.

Jadi, manasik haji yang kita lakukan harus benar-benar sesuai dengan manasik haji yag dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sadanya: “Hendaklah kamu mengambil manasik hajimu dari aku.” (HR. Muslim). Alangkah baiknya, jika setiap kita yang ingin menunaikan ibadah haji ini, terlebih dahulu mempelajari dengan sebaik-baiknya manasik haji Rasulullah SAW. Manasik haji ini sangat menentukan mabrurnya haji kita atau tidak, dan manasik haji yang tepat dan benar adalah manasik hajinya Rasulullah SAW.

Nasihat kakchik tolonglah pergi menuntut ilmu mengerjakan haji. rugi kalau kita pergi berhabisan wang ringgit tapi tiada ilmu dan pulang dengan sia2 atau lebih teruk dengan beban dosa kerana tidak selesai urusan haji akibat jahil. Kita tak tahu samada kita boleh datang atau tidak lagi ke Mekah oleh itu buat sungguh2... sebab haji kali pertama yang wajib dan tahun2 mendatang hanya sunat. Kita pun tak tau bila akan mati. Pengalaman kakchik, ramai sungguh 'ustaz' 'ustazah' di sana, jadi kalau ilmu tak mantap kita akan jadi terikut2 dgn ajakan yang salah. bila kita ada ilmu kita akan lebih menghayati setiap rukun dan wajib haji yang kita kerjakan. Kita tahu salah silah kenapa kita melontar 3 jamrah contohnya.. bila kita tahu kita akan lebih faham dan ibadah itu lebih dekat di hati dan insyaAllah niat kita lebih ikhlas..

Keempat, Ibadah haji yang ditunaikan harus mampu memperbaiki akhlak dan tingkah laku. Sesudah kembali dari tanah suci, dan dapat menyelesaikan manasik hajinya secara sempurna, mulai dari berihram di maiqat yang telah ditentukan, tawaf di keliling baitullah, sa’i antara Bukit Safa dan Marwah, wuquf di ‘Arafah, mabit di Muzdalifa.

Melontar jumrah dan bermalam di Mina, tawaf ifadlah dan akhirnya tawaf wada’ ketika kembali ke tanah air, sesuai dengan kitabullah dan petunjuk Rasulullah SAW (tidak rafats, tidak fusuq dan tidak bertengkar/bermusuhan), maka itu semua menjadi petunjuk agar kita memperbetulkan tujuan hidup kita agar kembali kepada fitrah yang sebenarnya, yakni menjadi manusia yang memiliki akhlak yang terpuji. Ibadah haji yang membentuk perilaku akhlak terpuji dan mulia ini diukur dengan peningkatan amal-amal kebajikan yang kita lakukan, baik terhadap Allah SWT dan hubungan sesama manusia.

Kakchik hairan dengan sebilangan orang kita yang mudah terikut2. Contohnya, orang bangsa lain main redah ja time orang solat tak kira tempat dan masa. selamba ja dema tekan bahu kita bila nak bangun, selamba ja menyelit2 nak masuk saf, selamba ja langkah kepala orang tengah sujud... dan orang kita cepat na meniru... sepatutnya kita jaga adab kita... banyak amalam sunat kita pulun yang wajib buat tak tau ja ( contohnya masa nak mengucup hajratul aswad (sunat) tapi menjaga kemaslahatan kaum muslimin adalah wajib tapi kita sanggup menolak menyiku untuk rebut yang sunat)

Kelima. Menjaga silahturrahim. Adakah kita telah meminta restu kedua ibu bapa sekiranya masih hidup? Bgaimana dengan hubungan kita semasa hayat mereka? hubungan kita dengan adik beradik, saudara mara, jiran2, rakan2? kita kena jaga hubungan kita dengan manusia.



Beberapa Indikator Haji Mabrur al :


A. Indikator Saat Ibadah Haji

1. Motivasi atau niat Ibadah Haji, ikhlas semata-mata mengharap redha Allah SWT.

2. Proses pelaksanaan sesuai dengan contoh ibadah Rasulullah saw. dimana syarat, rukun wajib (bahkan sunat) ibadah tersebut terpenuhi.

3. Biaya untuk ibadah tersebut diperoleh dengan cara yang halal.

4. Tampak dari ibadah haji positif bagi pelakunya, aitu adanya perubahan positif perilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji.


B.
Indikator Setelah Ibadah Haji

1. Patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, patuh melaksanakan solat, konsekuen membayar zakat, sungguh-sungguh membangun keluarga sakinah mawaddah dan wa rahmah, selalu rukun dengan sesama umat manusia, sayang kepada sesama makhluk Allah SWT.



2. Istiqamah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT, terutama dosa-dosa besar, seperti syirik, riba, judi, zina, khamr, korupsi, membunuh orang, bunuh diri, bertengkar, menyakiti orang lain, khurafat, bid'ah dsb.

3. Gemar melakukan ibadah wajib, sunat dan amal shalih lainnya serta berusaha meninggalkan perbuatan yang makruh dan tidak bermanfaat.

4. Aktif berdakwah dalam memperjuangkan, menda'wahkan Islam dan istiqamah serta sungguh-sungguh dalam melaksanakan amar ma'ruf dengan cara yang ma'ruf, melaksanakan nahi munkar tidak dengan cara munkar.

5. Memiliki sifat dan sikap terpuji seperti sabar, syukur, tawakkal, tasamuh, pemaaf, tawaduk dsb.

6. Malu kepada Allah SWT utk melakukan perbuatan yang dilarang-Nya.



7. Semangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam.

8. Bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya dan dalam rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak membebani dan menyulitkan orang lain.

9. Cepat melakukan taubat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri proaktif dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa dan tidak betah dalam setiap aktivitas berdosa.

10. Sungguh-sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk menolong orang lain dan menegakkan "Izzul Islam wal Muslimin".

wallahu'alam.



Thursday, November 11, 2010

PENGERTIAN HAJI MABRUR

Salah seorang Ulama Hadis Al Hafidh Ibn Hajar al’ Asqalani dalam kitab Fathul Baarii, syarah Bukhori Muslim menjelaskan: “Haji mabrur adalah haji yang maqbul yakni haji yang diterima oleh Alah SWT.”

Pendapat lain yang saling menguatkan dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam syarah Muslim: “Haji mabrur itu ialah haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah SWT, yang tidak ada riyanya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq.”

Selanjutnya oleh Abu Bakar Jabir al Jazaari dalam kitab, Minhajul Muslimin mengungkapkan bahwa: “Haji mabrur itu ialah haji yang bersih dari segala dosa, penuh dengan amal shaleh dan kebajikan-kebajikan.” Berdasarkan rumusan yang diberikan oleh para Ulama di atas tentang pengertian haji mabrur ini, maka dapat kita simpulkan bahawa haji mabrur adalah haji yang dapat disempurnakan segala hukum-hukum berdasarkan perintah Allah dan Rasulullah SAW. Sebuah ibadah haji yang tidak menjalankan tanpa perasaan riya’ , bersih dari dosa senantiasa diiringi dengan peningkatan amal-amal soleh, tidak ingin disanjung dan tidak melakukan perbuatan keji dan merosak.


Petunjuk Rasulullah SAW Dalam Menggapai Haji Mabrur.


Meskipun pada hakikatnya, bahwa hanya Allah lah yang menentukan dan mengetahui apakah diterima dan tidaknya haji yang kita tunaikan. Namun melalui penjelasan yang bersumber dari Rasulullah SAW, setidaknya menjadi penguat bagi kita untuk lebih berharap kepada Alah SWT agar ibadah haji yang kita tunaikan menjadi haji mabrur. Petunjuk Rasulullah Saw sebagaimana dijelaskan dalam hadis-Nya dalam menggapai haji mabrur antara lain:


Pertama, Tunaikanlah ibadah haji dengan benar-benar berangkat dari motivasi dan niat yang ikhlas kerana Allah SWT. Kedudukan niat dalam setiap ibadah dalam Islam menempati posisi yang sangat penting, bahkan niat menjadi penilaian dari setiap arah dan tujuah ibadah yang kita yang tunaikan.

Niat yang benar-benar harus ditujukan dalam rangka mencapai redha Allah SWT seperti mana dalam firman-Nya: “Dan tidaklah mereka disuruh kecuali melainkan untuk menyembah Allah SWTdan mengikhlaskan agama (semata-mata) karena Allah.” (QS. AL Bayyinah: 5)


Penegasan niat di atas dikuatkan lagi oleh Rasulullah SAW, yang dijelaskan dalam sabdanya: “Sesungguh setiap perbuatan tergantung dari niatnya dan masing-masing mendapat pahala dari niatnya itu.” (Muttafaq’ Alaihi). Oleh kerana haji harus benar-benar diniatkan kerana Allah SWT.

Tidak sedikit orang menunaikan ibadah haji lantaran ingin mendapat jolokan “Haji” sehingga dijadikan sebagai alat memperkuat status sosialnya, khususnya untuk mendapatkan pengiktirafan sosial dari masyarakat

Pengalaman kakchik di tanah suci memang ramai yang pulun pergi masjid samada di tanah suci atau madinah semata-mata nak rebut pahala 100,00 atau 10 000 dan bukan kerana Allah.

Alhamdulillah semasa di Mekah kakchik memang sihat (Allah dah bagi sakit teruk masa di Malaysia) tapi Allah duga kena jaga mak mertua demam panas sampai kena masuk 'drip'. Suami pun tak pergi solat di masjidil haram banyak waktu juga sebab tak mau tinggal mak dia. Asyik ulang ke masjid kuching ja. Kawan2 sebilik pun mula nak ngutuk2 perli2 apa la hang ni muda2 ( kebetulan suami baru 36 tahun termuda di paras 2 maktab 80) tak rebut pahala. Kalau la hang orag nak bagi RM100,000 hang tak mau ka... banyak kali sebut suami pun rasa betul gak jadi lepas jaga mak agak2 nak masuk zuhur suami pun segera (macam lari gak la) pi masjidil haram. Dapat solat jemaah ahamdulillah. Malam tu dia mula demam. 2 hari juga la.. dia teringat tok guru dia pernah cerita... ada satu ulama tu tersohor dengan ibadat malamnya, puasanya, kebajikannya dan banyak lagi.. di akhirat Allah nak timbang amalannya dengan manfaat sebiji mata yang Allah beri padanya... Beliau dengan yakin berkata silakan... tengok2 berat lagi matanya.. selama ini amalannya tak ikhlas, buat dengan mengharapkan balasan Allah dan pujian orang. Allah bayar cash pada suami sebab pergi solat dengan niat nak dapat pahala 100,000 bukan kerana ikhlas kepada Allah s.w.t. Kakchik syukur sebab ALlah tegur jadi kami boleh buat pembetulan...dan lebih menjaga niat.


Kedua, segala biaya dan nafkah yang digunakan untuk menunaikan ibadah haji haruslah benar-benar bersumber dari yang halal. Setiap ibadah yang kita tunaikan dengan biaya yang bersumberkan dari yang haram, tidak akan bernilai di sisi Allah SWT dengan kata lain ibadah hajinya akan ditolak (ma’zur).


Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW:” Jika seseorang pergi menunaikan haji dengan biaya dari harta yang halaldan kemudian diucapkannya, “Labbaikallaahumma labbaik ( ya Allah, inilah aku datang memenuhi panggilan-Mu). Maka berkata penyeru dari langit: “Allah menyambut dan menerima kedatanganmu dan semoga kamu berbahagia. Pembekalanmu halal, pengangkutanmu juga halal, maka hajimu mabrur, tidak dicampuri dosa.”

Sebaliknya, jika ia pergi dengan harta yang haram, dan ia mengucapkan: “Labbaik”. Maka penyeru dari langit berseru: “Tidak diterima kunjunganmu dan engkau tidak berbahagia. Pembekalanmu haram, pembelanjaanmu juga haram, maka hajimu ma’zur (mendatangkan dosa) atau tidak diterima.” (HR. Tabrani).

Rezeki yang haram - dari punca2 yang sah haram ( hasil judi, mencuri, harta pusaka yang diambil secara tidak sah, duit penjual yang terlebih pulang baki, harta anak yatim, saham yang jelas haram) - yang subhah ( saham yang tak pasti pelaburannya, dll). Kadang2 sebabkan 10 sen duit haram ada dalam perbiayaan haji kita, ini yang buat kita sengsara sepanjang mengerjakan haji.. panas tak tentu pasal, dok melalut2 kata masih di kampung la, tak nampak kaabah la macam2


Ketiga, Melakukan manasik hajinya dengan meneladani dan mempedomani manasik haji Rasulullah SAW. Ini sudah pasti dan dapat difahami, kerana ibadah haji merupapakan ibadah mahdhah yang cara pelaksanaanya mutlak harus mempedomani Rasulullah SAW.

Jadi, manasik haji yang kita lakukan harus benar-benar sesuai dengan manasik haji yag dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sadanya: “Hendaklah kamu mengambil manasik hajimu dari aku.” (HR. Muslim). Alangkah baiknya, jika setiap kita yang ingin menunaikan ibadah haji ini, terlebih dahulu mempelajari dengan sebaik-baiknya manasik haji Rasulullah SAW. Manasik haji ini sangat menentukan mabrurnya haji kita atau tidak, dan manasik haji yang tepat dan benar adalah manasik hajinya Rasulullah SAW.

Nasihat kakchik tolonglah pergi menuntut ilmu mengerjakan haji. rugi kalau kita pergi berhabisan wang ringgit tapi tiada ilmu dan pulang dengan sia2 atau lebih teruk dengan beban dosa kerana tidak selesai urusan haji akibat jahil. Kita tak tahu samada kita boleh datang atau tidak lagi ke Mekah oleh itu buat sungguh2... sebab haji kali pertama yang wajib dan tahun2 mendatang hanya sunat. Kita pun tak tau bila akan mati. Pengalaman kakchik, ramai sungguh 'ustaz' 'ustazah' di sana, jadi kalau ilmu tak mantap kita akan jadi terikut2 dgn ajakan yang salah. bila kita ada ilmu kita akan lebih menghayati setiap rukun dan wajib haji yang kita kerjakan. Kita tahu salah silah kenapa kita melontar 3 jamrah contohnya.. bila kita tahu kita akan lebih faham dan ibadah itu lebih dekat di hati dan insyaAllah niat kita lebih ikhlas..


Keempat, Ibadah haji yang ditunaikan harus mampu memperbaiki akhlak dan tingkah laku. Sesudah kembali dari tanah suci, dan dapat menyelesaikan manasik hajinya secara sempurna, mulai dari berihram di maiqat yang telah ditentukan, tawaf di keliling baitullah, sa’i antara Bukit Safa dan Marwah, wuquf di ‘Arafah, mabit di Muzdalifa.

Melontar jumrah dan bermalam di Mina, tawaf ifadlah dan akhirnya tawaf wada’ ketika kembali ke tanah air, sesuai dengan kitabullah dan petunjuk Rasulullah SAW (tidak rafats, tidak fusuq dan tidak bertengkar/bermusuhan), maka itu semua menjadi petunjuk agar kita memperbetulkan tujuan hidup kita agar kembali kepada fitrah yang sebenarnya, yakni menjadi manusia yang memiliki akhlak yang terpuji. Ibadah haji yang membentuk perilaku akhlak terpuji dan mulia ini diukur dengan peningkatan amal-amal kebajikan yang kita lakukan, baik terhadap Allah SWT dan hubungan sesama manusia.

Kakchik hairan dengan sebilangan orang kita yang mudah terikut2. Contohnya, orang bangsa lain main redah ja time orang solat tak kira tempat dan masa. selamba ja dema tekan bahu kita bila nak bangun, selamba ja menyelit2 nak masuk saf, selamba ja langkah kepala orang tengah sujud... dan orang kita cepat na meniru... sepatutnya kita jaga adab kita... banyak amalam sunat kita pulun yang wajib buat tak tau ja ( contohnya masa nak mengucup hajratul aswad (sunat) tapi menjaga kemaslahatan kaum muslimin adalah wajib tapi kita sanggup menolak menyiku untuk rebut yang sunat)


Kelima. Menjaga silahturrahim. Adakah kita telah meminta restu kedua ibu bapa sekiranya masih hidup? Bgaimana dengan hubungan kita semasa hayat mereka? hubungan kita dengan adik beradik, saudara mara, jiran2, rakan2? kita kena jaga hubungan kita dengan manusia.


Beberapa Indikator Haji Mabrur al :


A. Indikator Saat Ibadah Haji

1. Motivasi atau niat Ibadah Haji, ikhlas semata-mata mengharap redha Allah SWT.

2. Proses pelaksanaan sesuai dengan contoh ibadah Rasulullah saw. dimana syarat, rukun wajib (bahkan sunat) ibadah tersebut terpenuhi.

3. Biaya untuk ibadah tersebut diperoleh dengan cara yang halal.

4. Tampak dari ibadah haji positif bagi pelakunya, aitu adanya perubahan positif perilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji.


B. Indikator Setelah Ibadah Haji

1. Patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, patuh melaksanakan solat, konsekuen membayar zakat, sungguh-sungguh membangun keluarga sakinah mawaddah dan wa rahmah, selalu rukun dengan sesama umat manusia, sayang kepada sesama makhluk Allah SWT.


2. Istiqamah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT, terutama dosa-dosa besar, seperti syirik, riba, judi, zina, khamr, korupsi, membunuh orang, bunuh diri, bertengkar, menyakiti orang lain, khurafat, bid'ah dsb.

3. Gemar melakukan ibadah wajib, sunat dan amal shalih lainnya serta berusaha meninggalkan perbuatan yang makruh dan tidak bermanfaat.

4. Aktif berdakwah dalam memperjuangkan, menda'wahkan Islam dan istiqamah serta sungguh-sungguh dalam melaksanakan amar ma'ruf dengan cara yang ma'ruf, melaksanakan nahi munkar tidak dengan cara munkar.

5. Memiliki sifat dan sikap terpuji seperti sabar, syukur, tawakkal, tasamuh, pemaaf, tawaduk dsb.

6. Malu kepada Allah SWT utk melakukan perbuatan yang dilarang-Nya.


7. Semangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam.

8. Bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya dan dalam rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak membebani dan menyulitkan orang lain.

9. Cepat melakukan taubat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri proaktif dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa dan tidak betah dalam setiap aktivitas berdosa.

10. Sungguh-sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk menolong orang lain dan menegakkan "Izzul Islam wal Muslimin".


wallahu'alam.


Wednesday, November 10, 2010

Rahsia Perjalanan Haji

Haji adalah satu perjalanan kerohanian oleh seseorang hamba menuju Tuhannya yang mengandungi seribu satu kerahsiaannya. Perjalanan ini amatlah berlainan berbanding seseorang itu mengembara ke destinasi pelancongan atau sebagainya. Perjalanan mengerjakan haji ini adalah rentetan perjalanan Rasulullah SAW sendiri semasa hajjatul wada'. Kisah hajjatul wada' ini amatlah masyhur sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Jabir r.a.

Definisi Haji

Haji ialah mengunjungi Baitullah al-Haram di Mekah pada bulan-bulan haji untuk mengerjakan ibadat-ibadat tertentu menurut syarat-syaratnya. Allah SWT berfirman yang bermaksud:
"Dan serulah kepada manusia dengan (kewajipan) mengerjakan haji, nescaya mereka akan datang sama dengan berjalan kaki atau berkenderaan dari segenap ceruk rantau yang jauh lagi dalam." (Surah Al-Haj, ayat 87)
Menurut Sheikh Daud Al-fatani di dalam kitabnya menerangkan tentang huraian ayat di atas. Menurut kaedah lughah ayat di atas meletakkan mubtadak muakhar dan khabar muqaddam. Manakala khitab ditujukan secara am iaitu al-Nas iaitu "wahai sekelian manusia" tanpa pengkhususan.

Mubtadak Muakhar


Mubtadak muakhar iaitu kewajipan mengerjakan haji diletakkan di belakang menunjukkan kewajipan itu tidak semestinya disegerakan. Ia memberi isyarat supaya manusia menyempurnakan urusan yang bersesuaian dengan fitrah mereka. Amalan ini bertepatan dengan sunnah Nabi Muhammad S.A.W apabila baginda mengerjakan haji di akhir hayatnya dan haji ini masyhur dengan panggilan hajatul wada'.

Apa yang dapat disimpulkan di sini ialah kefardhuan haji adalah sesuatu kewajipan yang mesti ditunaikan tetapi kewajipan ini tidak semestinya ditunaikan dengan segera kecuali setelah cukup syarat kemampuannya.

Faedah Haji

Terdapat banyak hikmah dan faedah disyariatkan haji. Allah SWT berfirman yang maksudnya:
"Supaya mereka menyaksikan pelbagai perkara yang mendatangkan faedah kepada mereka serta memperingati dan menyebut nama Allah, pada hari-hari tersebut kerana pengurniaan-Nya kepada mereka dengan binatang-binatang ternak (untuk dijadikan korban) dan yang demikian makanlah kamu dari (daging) binatang-binatang korban itu dan berilah makan kepada orang yang susah, yang fakir miskin. (Surah Al-Haj, ayat 28).
Ibn abbas r.a menyatakan maksud faedah dalam ayat berkenaan ialah faedah di dunia dan faedah di akhirat.
Faedah-faedah disyariatkan haji membenarkan syariat Islam yang dibawa oleh Nabi-Nabi yang terdahulu. Haji telah disyariatkan semasa zaman Nabi Ibrahim a.s. dan haji merupakan antara ibadat yang terawal yang telah disyariatkan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Nabi Ibrahim telah memansuhkan amalan menyembah berhala pada zamannya dengan menggantikan dengan amalan Haji itu sendiri.
Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail sendiri membangunkan kembali baitullah sehinggakan Makam Ibrahim iaitu tempat Ibrahim mendirikan Kaabah disyariatkan untuk solat di belakangnya.
Pada masa ini juga ibadat korban dimasyhurkan sehinggakan Nabi Ismail digantikan dengan binatang korban. Gantian ternakan korban ini diberitakan adalah dari korban anak Nabi Adam a.s. Perkara ini telah membenarkan syariat korban itu sendiri dan Rasulullah juga berpesan bagi mereka yang membawa hadyu (binatang ternak untuk korban) hendaklah melakukan korban ini semasa menunaikan haji iaitu semasa di Mina.

Hajatul Wada'
Mengingati kembali wasiat yang ditinggalkan Nabi Muhammad SAW. Di dalam wasiat hajatul wada', Rasulullah SAW berpesan bahawa manusia itu datang dari keturunan yang satu dan menyembah tuhan yang satu iaitu Allah. Di dalam wasiat itu, Rasulullah bersaksikan ribuan manusia bahawa syariat Islam telah disampaikan oleh baginda. Rasulullah berpesan bahawa baginda telah meninggalkan wasiat atau tanda ingatan kepada umatnya yang tercinta bahawa kita tidak akan sesat selama-lamanya selagi kita berpegang dengan ajaran al-Quran dan al-hadis. Lalu Allah SWT telah menyempurnakan agama Islam ini dengan firmannya: Hari ini telah ku sempurnakan agama kamu, dan aku telah kurniaan nikmatku, dan aku reda agama Islam itu agama kamu.
Agama Islam merupakan agama yang lengkap kerana syariatnya bertepatan dengan fitrah manusia. Manusia beroleh berbagai nikmat di antaranya ketenangan atau sakinah. Dan Allah SWT reda kepada hambanya akan agama Islam ini berbanding agama yang lain pada waktu itu seperti Yahudi, Kristian, majusi dan selainnya.

Umat Islam Adalah Bersaudara

Di antara hikmah disyariatkan haji adalah untuk menyatupadukan umat Islam dari pelbagai latar belakang dan berbagai kaum untuk saling kenal mengenal. Perkara ini telah dinyatakan oleh Allah SWT secara jelas di dalam Al-Quran. Manusia dijadikan dari kalangan lelaki dan wanita, dari pelbagai kabilah dan kaum supaya saling kenal mengenal antara satu sama lain.
Maka pekerjaan haji ini menjadi akademi realiti menyatupadukan umat Islam yang bersaudara sebagaimana digambarkan dalam banyak ayat al-Quran dan al-hadis.

Mengingati Kisah Adam a.s. Nabi Adam adalah manusia seawal-awal penciptaan yang telah diturunkan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di atas muka bumi. Setelah Nabi Adam a.s. diturunkan ke bumi baginda rasa menyesal di atas kesalahannya melanggar perintah Allah. Rahmat Allah amatlah besar kurnia-Nya telah menemukan Adam bersama isteri tercinta di Arafah.
Kisah ini banyak memberi iktibar kepada umat Islam bahawa mereka ditegah melanggar hukum Islam. Sebagai manusia mereka akan merasa menyesal setelah melakukan kesalahan. Namun begitu Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang lebih-lebih lagi nabi kita memohon ampun lebih 70 kali sehari.

Falsafah Haji

Di antara falsafah haji yang utama ialah haji merupakan rehlah rohaniah atau perjalanan suci berbanding perjalanan yang lain. Perjalanan ini amat penting dan amat lain dari perjalanan yang bersejarah seperti The Silk Road atau perjalanan Ibn Batutah yang terpatri dalam lipatan sejarah.
Ia juga bukan perjalanan seperti melancong ke tempat-tempat yang menarik tetapi perjalanan ini mempunyai pelbagai hikmah dan faedah yang boleh diambil. Di antara kelainan ialah para jemaah haji adalah tetamu Allah, duyufurrahman. Tetamu ini mendapat jaminan Allah dan di antara keistimewaannya ialah orang yang menunaikan haji cukup dengan rukun dan tertibnya kerana Allah dijamin terhindar dari kepapaan. Jemaah haji yang pulang dari Makkah kebiasaannya dimuliakan oleh penduduk kariah masing-masing sebagai kemuliaan dari Allah SWT melalui mata manusia.
Selain itu, banyak kelainan yang dapat dilihat semasa menunaikan fardu haji di Mekah. Perasaan hiba dan kesyahduan selalu menyelubungi naluri dan jiwa insan yang bernama adam dan hawa. Mereka saling kuat berazam menunaikan ibadat, berjemaah di Masjidil Haram dan Masjid al-Nabawi lantaran panggilan tuhan yang menusuk ke sudut ulu hati hasil laungan azan.
Rahsia Haji
Perasaan rindu ini adalah hasil doa Nabi Ibrahim a.s. ketika meninggalkan Hajar dan anaknya Ismail atas perintah Allah. "Wahai tuhanku, aku tinggalkan zuriatku di lembah yang gersang di sisi rumahmu (baitikal haram) untuk didirikan solat di atasnya. Oleh itu Ya Allah, jadikanlah hati manusia rindu kepadanya moga-moga mereka selalu kembali kepadanya (Mekah)".
Inilah rahsia yang amat besar pengertiannya di mana manusia dapat melihat dan merasakan kebesaran Allah di sana. Allah telah bersumpah dengan negeri ini seperti di dalam firman-Nya:
"Demi negeri yang amat aman (Mekah)." (Surah At-Tiin, ayat 3).
Ia menunjukkan bahawa negeri ini dipelihara oleh Allah sejak dahulu lagi sehingga hari kiamat. Lihatlah dengan mata hatimu wahai makhluk yang bergelar insan, nescaya kamu akan mendapat ketenangan dalam perjalananmu menemui tuhan di alam yang kekal abadi.

Semoga bermanfaat

SEJARAH HAJI

Haji adalah rukun sebagaimana pegangan akidah muslim. Ibadah ini adalah satu ketetapan Illahi sejak azali lagi dan ianya berkait rapat dengan kepercayaan hari kebangkitan kelak ketika menghadapi tuhan Rabbul Jalil.

Haji pada isitilah dengan membawa maksud kata-kata dan perbuatan yang dilaksanakan pada waktu yang dikhususkan. Bagi seseorang yang mengerjakan haji dia akan melihat dan terhidang di mata kepalanya dengan syiar-syiar yang telah disebutkan Allah. Berdirinya di lapangan Kaabah lantas bertawaf sekitar Baitil Atiq rumah kecil yang dibina oleh Abul anbiya bersama anaknya. Perkara ini jelas di dalam firmanNya:

"Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim a.s bersama-sama Nabi Ismail meninggikan binaan asas-asas (tapak) Baitullah (Kaabah) itu, sambil keduanya berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami! Terimalah daripada kami (amal kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui ". Al-Baqarah :127

Dari segi sejarah, ibadah haji ialah syariat yang dibawa oleh junjungan Nabi kita Muhammad S.A.W. sebagai membaharui dan menyambung ajaran Nabi Allah Ibrahim A.S. Ibadat haji mula diwajibkan ke atas umat Islam pada tahun ke-6 Hijrah, mengikut haul yang mashur iaitu dengan turunnya ayat 97 surah Al-Imran yang bermaksud :

Bagi sesiapa yang diizinkan Allah untuk menunaikan kefardhuan haji setelah segala persiapan yang bersungguh-sungguh dengan mendapat petunjuk untuk menjadi tetamu Allah. Pada hemat kakchik mereka ini adalah golongan yang mengendong beg-beg mereka dan bermusafir kedua-dua tanah suci haram yang dimuliakan oleh Allah dengan permusafiran dan perjalanan yang sungguh bahagia.

Ziarah ke BaitillahilHaram ini adalah semulia-mulia kefardhuan dan dinilai tinggi di sisi Allah swt. Kefardhuan ini ditaklifkan oleh Allah kepada hambanya sejak awal penciptaan makhluk, malah sebelum penciptaan itu lagi Allah telah memilih tempatnya yang mulia lagi barakah ini. Tempat itu pada ilmu Allah Taala sejak azali lagi akan dijadikan kiblat bagi keseluruhan manusia kerana ianya berpusat pada kedudukan yang sama dengan Bait Ma’mur di langit yang keempat.

Anas bin Malik r.a meriwayatkan daripada Malik bin Sa’saah dengan katanya: berkata Rasulullah S.a.w: “aku telah dibawa ke langit keempat dan diangkat ke Bait Ma’mur. Kedudukannya bersetentangan dengan Kaabah, jika runtuhnya ia maka mengenai Kaabah. Pada setiap hari akan masuklah 70000 para malaikat kedalamnya lalu apbila mereka keluar dari situ mereka tidak akan kembali lagi ke arahnya''.

Pada satu aspek, Baitulllah yang mulia ini dianggap sebagai paksi bumi di antara timur dan barat dan juga menjadi satu pusat tumpuan penglihatan dan hati-hati manusia dari seantero dunia sejak dahulu hinggalah tiba kiamat kelak. Pada asas pembinaan Baitullah ini, ianya disempurnakan dalam beberapa peringkat:

Peringkat pertama: sebelum penciptaan abul basyar Adam a.s. sebagaimana diriwayatkan daripada Hasan bin Husein bin Ali bin Abi Talib r.a. Sesungguhnya seorang lelaki datang bertanyanya: "apakah asas permulaan tawaf bagi kaabah ini? Kenapa dan bagaimana? Maka jawab Ali kepada lelaki tersebut:" permulaan tawaf bagi kaabah ini ketika mana Allah taala berfirman kepada para malaikat: " Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah….."Al Baqarah 30

Maka kata malaikat: '' wahai Tuhan! Khalifah selain kami ini bakal merosakkan bumi menumpahkan darah dan bercakaran serta berhasad dengki. Lalu kata mereka lagi: jadikanlah khalifah itu di kalangan kami, nescaya kami tidak melakukan kerosakan,menumpahkan darah dan berhasad dengki bahkan kami ini golongan yang bertasbih, memuji dan menyucikanMu. Kami taat padaMu dan tidak ingkar.
Lalu Allah berfirman:
" Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya."

Peringkat kedua : iatulah pada zaman Adam alaihissalam setelah mendapat perintah Allah s.w.t. Perkara ini sebagaimana pendapat yang diberikan oleh sebahagian mufassirin. Imam Thabari ketika mana menghuraikan pada tafsiran firman Allah s.w.t:
"Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim bersama-sama Nabi Ismail meninggikan binaan asas-asas (tapak) Baitullah".

Firman Allah pada ayat ini menurut huraian tafsiran Imam Thabari menunjukkan asas pembinaan kaabah bermula dengan tangan Abul Basyar Adam alaihissalam setelah diperintah Rabbul jalil lalu binaan ini kekal kesannya hingglah ke zaman nabi Ibrahim alaihissalam kemudian binaan ini ditinggikan oleh Ibrahim a.s bersama anaknya Ismail alaihissalam.

Al Imam Qurthubi pula mengulas di dalam tafsirnya dengan menjelaskan: " Setelah selesainya pembinaan kaabah, nabi Ibrahim a.s seraya menyeru manusia kepada haji dengan kata baginda: wahai Tuhan! Apakah akan sampai seruan suaraku ini? Berfirman Allah: serulah mereka, lalu berangkatlah Ibrahim memanjat bukit Abi Qubais lalu melaungkan seruan haji: " wahai Manusia! Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu semua menunaikan haji di rumah ini (kaabah) supaya diganjarkan kamu dengan syurga dan melepaskan kamu dari azab neraka.
Lalu seruan tersebut disahut dengan laungan talbiah oleh umatnya. Pengsyariatan haji pada zaman Ibrahim Alaihissalam sangat berbeza, mengikut riwayat yang diambil melalui ibn abbas dan ibn Jabir menceritakan syariat haji pada zaman itu berasaskan seruan Nabi Ibrahim. Sekiranya pada satu tahun diseru dengan sekali maka diwajibkan sekali sekiranya dua kali penyeruan itu lalu umat pada ketika itu akan melakukan haji secara dua kali" .

Haji pertama kali disyariatkan oleh Allah pada masa Nabi lbrahim a.s. dan ia adalah Nabi yang dipercayai oleh Allah untuk membangun Ka’bah bersama dengan anaknya Ismail di Mekah. Allah menggambarkan Ka’bah sebagai berikut: “Dan ingatlah ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): janganlah kamu menyekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadat mereka yang ruku’ dan sujud.” (Al-Hajj :26)

Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim datang ke Mekah untuk melakukan ibadah haji setiap tahun, dan setelah kematiannya, amalan ini dilanjutkan oleh anaknya. Namun, secara bertahap dengan berlalunya waktu, baik bentuk dan tujuan ritual haji berubah sebagai penyembahan berhala yang tersebar di seluruh Arabia, Ka’bah kehilangan kemurnian dan berhala ditempatkan di dalamnya. Dindingnya penuh dengan puisi dan lukisan, dan akhirnya lebih dari 360 berhala ditempatkan di sekitar Ka’bah.

Selama musim haji itu sendiri, suasana di sekitar rumah suci (Ka’bah) layaknya seperti sarkas. Laki-laki dan perempuan mengelilingi Ka’bah dengan telanjang, dengan alasan bahwa mereka harus menampilkan diri di hadapan Allah dalam kondisi yang sama seperti mereka lahir. Doa mereka menjadi bebas tak lagi tulus mengingat Allah, malah berubah menjadi serangkaian tepuk tangan, bersiul dan meniup tanduk, bahkan kalimat talbiah telah diselewengkan oleh mereka dengan tambahan-tambahan. Bahkan darah binatang yang dikorbankan dituangkan ke dinding Ka’bah dan dagingnya digantung di tiang sekitar Ka’bah, dengan keyakinan bahwa Allah menuntut daging dan darah hewan-hewan ini. Mengenai hal ini Allah SWT mengingatkan dengan firman-Nya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (Al-Hajj: 37)

Menyanyi, minum arak, perzinaan dan perbuatan amoral lainnya tersebar luas di antara para peziarah. Dan pertandingan puisi adalah acara utama dari seluruh rangkaian haji. Dalam pertandingan ini, para penyair akan memuji keberanian dan kemegahan suku mereka masing-masing dan menceritakan cerita-cerita yang berlebihan, kepengecutan dan kekikiran suku-suku lainnya. Pertandingan dalam kemurahan hati juga diadakan di mana masing-masing ketua suku akan menyediakan kuali besar dan memberi makan para peziarah, hanya agar mereka boleh menjadi terkenal kerana kemurahan hati mereka.

Mereka benar-benar meninggalkan ajaran nenek moyang dan pemimpin mereka Nabi Ibrahim a.s. Ajarannya yang suci untuk menyembah Allah semata, telah dinodai oleh orang-orang kafir dan ritual yang telah ditetapkan benar-benar diselewengkan oleh mereka. Keadaan menyedihkan itu berlangsung selama kurang lebih dua ribu tahun. Tapi kemudian setelah era penuh kesesatan yang panjang ini, waktu pun tiba untuk doa Nabi Ibrahim yang terjawab: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah :129)

Peringkat ketiga: Selama dua puluh tiga tahun, Nabi Muhammad menyebarkan pesan tauhid – pesan yang sama bahwa Nabi Ibrahim dan semua Nabi pendahulunya datang dengan membawa dan mendirikan hukum Allah dimuka bumi. Nabi tidak hanya membersihkan Ka’bah dari segala kotoran, tapi juga mengembalikan semua ibadah haji yang dituntunkan oleh Allah di masa Nabi Ibrahim.

Terdapat perintah khusus dalam Al-Quran diturunkan dalam rangka menghilangkan semua upacara palsu yang telah merajalela di masa pra-Islam. Semua tindakan tidak senonoh dan memalukan itu sangat dilarang dalam pernyataan Allah SWT: “Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (Al-Baqarah: 197).

Pada tahun tersebut Rasulullah S.A.W. bersama-sama lebih kurang 1500 orang telah berangkat ke Makkah untuk menunaikan fardhu haji tetapi tidak dapat mengerjakannya kerana telah dihalang oleh kaum Quraisy sehinggalah mewujudkan satu perjanjian yang dinamakan perjanjian Hudaibiah.

Perjanjian itu membuka jalan bagi perkembangan Islam di mana pada tahun berikutnya ( Tahun ke-7 Hijrah ), Rasulullah telah mengerjakan Umrah bersama-sama 2000 orang umat Islam. Pada tahun ke-9 Hijrah barulah ibadat Haji dapat dikerjakan di mana Rasulullah S.A.W. mengarahkan Saidina Abu Bakar Al-Siddiq mengetuai 300 orang umat Islam mengerjakan haji.

Nabi kita Muhammad S.A.W telah menunaikan fardhu haji sekali sahaja semasa hayatnya. Haji itu dinamakan "Hijjatul Wada'/ Hijjatul Balagh/ Hijjatul Islam atau Hijjatuttamam Wal Kamal kerana selepas haji itu tidak berapa lama kemudian baginda pun wafat. Baginda telah berangkat ke Madinatul Munawwarah pada hari Sabtu, 25 Zulkaedah tahun 10 Hijrah bersama isteri dan sahabat-sahabatnya seramai lebih 90,000 orang Islam.

Baginda telah menyempurnakan amalan-amalan sunat Ihram, memakai ihram dan berniat ihram di Zulhulaifah, sekarang dikenali dengan nama Bir Ali, 10 km daripada Madinah dan baginda sampai di Makkah pada 04 Zulhijjah setelah mengambil masa 9 hari dalam perjalanan. Baginda berangkat ke Mina pada 08 Zulhijjah dan bermalam di situ.

Kemudian ke Arafah untuk berwukuf pada 09 Zulhijjah yang jatuhnya pada hari Jumaat. Rasulullah S.A.W telah menyempurnakan semua rukun dan wajib haji hingga 13 Zulhijjah. Dan pada 14 Zulhijjah, Rasulullah S.A.W telah berangkat meninggalkan Makkah Al-Mukarramah menuju balik ke Madinah Al-Munawwarah.

Di masa wukuf terdapat beberapa peristiwa penting yang boleh dijadikan pegangan dan panduan umat Islam telah berlaku, di antara ialah seperti berikut :

1. Rasulullah S.A.W minum susu di atas unta supaya dilihat oleh orang ramai bahawa hari itu tiada puasa atau tidak sunat berpuasa pada hari wukuf.


2. Seorang Sahabat jatuh dari binatang tunganggannya lalu mati, Rasulullah S.A.W. menyuruh supaya mayat itu dikafankan dengan 2 kain ihram dan tidak membenarkan kepalanya ditutup atau diwangikan jasad dan kafannya. Sabda Baginda pada ketika itu bahawa " Sahabat itu akan dibangkitkan pada hari kiamat di dalam keadaan berihram dan bertalbiah".

3. Rasulullah S.A.W. menjawab soalan seorang ahli Najdi yang bertanyakan " Apakah itu Haji?". Sabdanya yang bermaksud " Haji itu berhenti di Arafah". Siapa tiba di Arafah sebelum naik fajar 10 Zulhijjah maka ia telah melaksanakan haji.

4. Turunnya ayat suci Al-Quranul Karim surah Al-Maidah yang bermaksud :

" Pada hari ini aku telah sempurnakan bagi kamu agama kamu dan aku telah cukupkan nikmatku ke atas kamu dan aku telah redha Islam itu menjadi agama untuk kami"

Daripada sejarah dan peristiwa ringkas itu cubalah kita teliti betapa Rasulullah S.A.W telah menyempurnakan haji dengan pengorbanan Baginda bersama sahabat-sahabat yang berjalan dari Madinah Al-Munawwarah ke Makkah Al-Mukarramah selama 9 hari berbanding pada hari ini kita menaiki kapal terbang yang boleh sampai ke Tanah Suci kurang daripada 9 jam. Ini perkara yang perlu direnungkan apabila kita menghadapi sebarang kesusahan di tanah Suci kelak.

Selesainya tawaf sekitar kaabah, sa'ie menjadi hala tuju seterusnya. Di sinilah terpaterinya sejarah seorang ibu yang penyabar. Ibu ini yang telah mengendong bayi kecil setelah ditinggalkan suaminya atas perintah Rabbul Jalil. Perkara ini terpahat sebagai satu syiar Islam sehingga dijadikan rukun haji. Safa dan marwah adalah tempat yang mulia dan agung bagi penunai haji. Perkara ini dijelaskan di dalam firman Allah:

" Sesungguhnya "Safa" dan "Marwah" itu ialah sebahagian daripada Syiar (lambang) agama Allah; maka sesiapa yang menunaikan ibadat Haji ke Baitullah atau mengerjakan Umrah, maka tiadalah menjadi salah dia bersaie (berjalan dengan berulang-alik) di antara keduanya……."

Peristiwa Ibrahim a.s yang telah diperintahkan untuk meninggalkan isteri dan anaknya ini tercatat di dalam lipatan sejarah. Peninggalan Ibrahim a.s ini disaksikan dengan firman Allah ketika baginda bermunajat dengan doanya memohon keselamatan kepada isteri dan anaknya. Firman Allah di dalam surah Ibrahim ayat 37:

" Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian dari zuriat keturunanku di sebuah lembah (Tanah Suci Mekah) yang tidak ada tanaman padanya, di sisi rumahMu yang diharamkan mencerobohinya. Wahai Tuhan kami, (mereka ditempatkan di situ) supaya mereka mendirikan sembahyang (dan memakmurkannya dengan ibadat). Oleh itu, jadikanlah hati sebahagian dari manusia tertarik gemar kepada mereka, (supaya datang beramai-ramai ke situ) dan kurniakanlah rezeki kepada mereka dari berbagai jenis buah-buahan dan hasil tanaman, semoga mereka bersyukur".

Semoga semua jemaah haji memperolehi haji mabrur.