Saturday, December 4, 2010

Yang Halal itu Pasti : 1

Busana Muslimah: Di mana Islamnya?

Bagaimanakah tatacara melabel sesuatu sebagai Islamik (HALAL)?

Apakah ada garis ukurnya, atau bergantung kepada intepretasi bebas masing-masing?

Kchik rasa semua orang pasti tahu akan tuntutan mengenakan tudung bagi semua muslimah....ish2 budak2 tadika pun dah pandai bab ni…Artikel ini saya letakkan di blog ini agar kita semua dapat menghitung-hitung diri kita sendiri, sebagai muslimah adakah kita telah melaksanakan hukum Allah swt ini dgn betul....sekadar ingatan untuk diri kchik dan sahabat2 semua... Semoga dapat manfaatnya... insyaaAllah

Banyak kesalahfahaman terhadap Islam di tengah masyarakat kita sekarang ini. . Misalnya saja jilbab. Tak sedikit orang menyangka bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah tudung semata2. Padahal tidak demikian. Jilbab yang terdapat dalam al-Qur’an surah An-Nuur [24]: 31 di tafsir sebagai tudung dan adapun jilbab yang terdapat dalam surah al-Ahzab [33]: 59, sebenarnya adalah baju longgar yang menutupi seluruh tubuh perempuan dari atas sampai bawah.

Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka;. surah An-Nuur [24]: 31

Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
surah al-Ahzab [33]: 59

Sebab ramai yang tak faham istilah jilbab maka berleluasa la busana muslim yang menutup aurat tetapi mengikut potongan badan, sendat, singkat, jarang, berseluar ketat, kain singkat, berbelah. Dah pakai tudung dan baju dan seluar atau kain itu maknanya dah menutup aurat la… ish2 betapa salahnya kefahaman ini.
Kalau sudah menutup aurat, dianggap sudah berbusana muslimah secara sempurna. Padahal tidak begitu. Islam telah menetapkan syarat-syarat bagi busana muslimah dalam kehidupan umum, seperti yang ditunjukkan oleh nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.

Kerana itu, kesalahfahaman semacam itu perlu dibetulkan, agar kita dapat kembali kepada ajaran Islam secara murni serta bebas dari pengaruh lingkungan, pergaulan, atau adat-istiadat rosak di tengah masyarakat sekuler sekarang. Memang, jika kita istiqamah dengan Islam, memang terasa amat berat.
Misalnya saja memakai jilbab (dalam erti kata yang sesungguhnya). Di tengah maraknya berbagai mode busana wanita yang diiklankan moden dan ‘up to date’, jilbab secara kontras jelas akan kelihatan ortodoks, kaku, dan kurang mengikut peredaran zaman (dan tentu, tidak seksi). Padahal, busana jilbab itulah pakaian yang benar bagi muslimah.

Di sinilah kaum muslimah diuji. Diuji imannya, diuji taqwanya. Di sini dia harus memilih, apakah dia akan tetap teguh mentaati ketentuan Allah dan Rasul-Nya, seraya menanggung perasaan berat hati namun berada dalam keredhaan Allah, atau rela terseret oleh pujukan hawa nafsu atau rayuan syaitan terlaknat untuk mengenakan kaedah-kaedah liar yang dipropagandakan kaum kafir dengan tujuan agar kaum muslimah terjerumus ke dalam lembah dosa dan kesesatan. Kita ni memang mudah terikut2 dengan budaya negatif ini, takut nanti dilabel tidak moden, kolot, ketinggalan zaman.

Berkaitan dengan itu, Nabi Saw pernah bersabda bahwa akan tiba suatu masa di mana Islam akan menjadi sesuatu yang asing —termasuk busana jilbab— sebagaimana awal kedatangan Islam. Dalam keadaan seperti itu, kita tidak boleh lalai atau ghaflah. Harus tetap bersabar, dan memegang Islam dengan teguh, walaupun berat seperti memegang bara api. Dan insyaAllah, dalam suasan masyarakat kita yang rosak dan tenat seperti ini, mereka yang tetap taat akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Bahkan dengan pahala lima puluh kali lipat daripada pahala para shahabat. Sabda Nabi Saw:

“Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu.” [HR. Muslim no. 145].

“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari yang memerlukan kesabaran. Kesabaran pada masa-masa itu bagaikan memegang bara api. Bagi orang yang mengerjakan suatu amalan pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang mengerjakan seperti amalan itu. Ada yang berkata, “Hai Rasululah, apakah itu pahala lima puluh di antara mereka?” Rasululah Saw menjawab, “Bahkan lima puluh orang di antara kalian (para shahabat).” [HR. Abu Daud, dengan sanad hasan].

Semoga Allah terus memberi hidayah kepada kita, membimbing kita agar iman kita tetap utuh dalam menjalankan tuntutan islam sebenar.

Semoga bermanfaat dan dimanfaatkan.

Wallauhu'alam


No comments:

Post a Comment